Kerja cek fakta yang dilakukan Kompas.com sudah berjalan sejak 2016.
Tim Cek Fakta yang secara khusus dibentuk untuk melakukan pengecekan fakta informasi yang beredar di media sosial dilakukan pada 2018. Kini, Tim Cek Fakta di Kompas.com terdiri dari 9 reporter dan 4 editor. Para pemeriksa fakta di Kompas.com juga dibekali dengan kemampuan melakukan penelusuran terkait kerja-kerja cek fakta. Isu-isu yang diklarifikasi adalah misinformasi yang akan berdampak terhadap masyarakat dan berpotensi menyesatkan jika tak segera diluruskan. Pemantauan isu dilakukan dengan menggunakan tools seperti Crowdtangle (untuk melihat sebaran misinformasi di media sosial Facebook dan Instagram), memantau keramaian langsung di media sosial, serta pesan-pesan yang kerap menyebar di grup-grup percakapan. Jika diklasifikasi, berikut informasi yang diverifikasi Tim Cek Fakta Kompas.com:
Proses kerja pemeriksaan fakta dilakukan dengan alur sebagai berikut:
Penelusuran data dan dokumen digital juga kerap dilakukan untuk memverifikasi informasi yang beredar. Setelah semua proses di atas dilakukan, maka artikel cek fakta akan ditayangkan.
Ada dua kesimpulan yang dihasilkan dari hasil penelusuran cek fakta di Kompas.com yaitu [HOAKS] jika klaim dalam informasi yang beredar benar-benar salah, dan kedua [KLARIFIKASI] jika klaim dalam informasi yang beredar tidak sepenuhnya salah, ada yang tidak tepat, sehingga perlu diluruskan.
Dengan tagline Jernih Melihat Dunia, Kompas.com ingin memosisikan diri sebagai media yang selalu menyajikan informasi dalam perspektif yang obyektif, utuh, independen, tidak bias oleh berbagai kepetingan politik, ekonomi, dan kekuasaan.
Karena itu, Kompas.com tidak hanya menyajikan informasi terkini dalam bentuk berita hardnews yang update mengikuti nature-nya media online, tapi juga berita utuh dalam berbagai perspektif untuk menjelaskan duduknya perkara sebuah persoalan yang kerap simpang siur.
Reportase utuh kami sajikan dalam berbagai bentuk, mulai dari hardnews, softnews/feature, wrap-up berbagai isu yang disajikan tiap pagi, liputan khusus yang memberikan kelengkapan update informasi tiap saat, hingga liputan mendalam berupa long-form.
Laporan mendalam atau indepth kami sajikan dalam bentuk multimedia story telling yang dikenal sebagai Visual Interaktif Kompas (VIK).
Media online dituntut menyajikan berita secara cepat. Namun, bagi Kompas.com kecepatan bukan segalanya. "Get it first, but first get it right" adalah adagium jurnalistik lama yang masih kami pegang teguh.
Di era digital dan media sosial saat ini, ketika kebenaran sulit ditemukan di antara lautan informasi, menemukan kebenaran menjadi sangat relevan. Kompas.com tidak ingin menjadi bagian dari kegaduhan (noise) di media sosial. Kompas.com berupaya memberi jawaban atas kegaduhan-kegaduhan itu (voice).
Selain memiliki ratusan reporter di berbagai pelosok Indonesia yang siap membuat karya-karya jurnalistik berdasarkan informasi di lapangan, Kompas.com juga memiliki satu divisi media sosial, yang selalu memonitor percakapan media sosial secara real-time.
Tim media sosial memberikan hasil social media listening tersebut kepada tim redaksi yang kemudian dipakai untuk bahan mentah untuk diolah di dapur Newsroom.
Redaksi tak langsung menelan mentah-mentah apa yang dibicarakan di media sosial. Tim Kompas.com terbiasa bekerja untuk memfilter informasi, baik informasi di lapangan maupun informasi di media sosial, apakah fakta ataukah hoaks. Kami ingin memastikan, Kompas.com bisa menjadi referensi pembaca untuk memvalidasi apakah sebuah informasi itu hoaks atau bukan.
Demi mendapatkan kebenaran jurnalistik itu kami disiplin melakukan verifikasi atas fakta dan data yang kami dapatkan di lapangan atau di media sosial. Ada tiga hal yang menjadi perhatian dalam proses verifikasi: observasi lapangan, narasumber, dan data.
Observasi lapangan adalah prioritas pertama yang kami lakukan untuk mendapatkan fakta orisinal. Semua informasi awal yang kami dapatkan, termasuk informasi dari media sosial, kami cek langsung ke lapangan.
Berikutnya, kami mendalami fakta tersebut dengan mencari narasumber yang dapat dipercaya. Setiap wartawan Kompas.com memastikan narasumber yang dikutip adalah sumber pertama yang berada saat peristiwa terjadi. Informasi dari sumber kedua dan ketiga diperlakukan dengan sikap skeptis.
Selanjutnya, semua informasi dari narasumber wajib dicek dan cek ulang ke pihak-pihak yang terkait dengan topik yang dibahas.
Kredibilitas narasumber menyangkut latar belakang, rekam jejak, dan kredibilitasnya juga menjadi perhatian utama demi mendapatkan pandangan yang obyektif dari mereka.
Untuk melindungi privasi, Kompas.com tidak memublikasikan atau memberi link informasi pribadi nasarumber, seperti nomor telepon dan alamat email. Pembaca yang membutuhkan, bisa meminta kepada redaksi Kompas.com dan akan diberikan atas persetujuan narasumber terlebih dahulu. Untuk lembaga atau wakil lembaga, Kompas.com menyertakan sumber resmi lembaga sebagai pemberi informasi (misal berupa link siaran pers atau link ke sebuah data) di dalam tubuh berita sebagaimana diatur dalam kode etik jurnalistik.
Untuk data, Kompas.com memastikan data yang diperoleh berasal dari sumber resmi yang kredibel, apakah lembaga pemerintah atau lembaga internasional. Data yang ditampilkan menyebutkan sumber data maupun tautan (link) sumber tersebut.
Kompas.com juga didukung lembaga riset mandiri yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kompas yang selama puluhan tahun teruji dengan data yang obyektif, valid, dan independen.
Dalam menjalankan kerjanya, wartawan Kompas.com melakukan praktik jurnalisme sesuai kode etik yang diatur dalam Undang-Undang Pers. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan, termasuk dalam kerja-kerja Cek Fakta.
Undang-Undang Pers mengatur adanya hak koreksi dan hak jawab jika terjadi kekeliruan yang dilakukan pers. Untuk itu, Kompas.com membuka ruang untuk ralat, koreksi, dan hak jawab.
Pembaca bisa menyampaikan tanggapan untuk ralat, koreksi, dan hak jawab atas pemberitaan Cek Fakta Kompas.com dengan mengirim surat elektronik (email) ke redaksi dengan alamat: redaksikcm@kompas.com
Redaksi akan melakukan evaluasi terhadap artikel yang dilaporkan. Jika redaksi menilai terjadi kesalahan, maka koreksi akan dilakukan. Kemudian, artikel yang dikoreksi akan diberikan keterangan bahwa terjadi perubahan, baik itu jika terjadi perubahan di judul maupun isi tulisan.
Selain koreksi, Kompas.com juga membuka ruang untuk hak jawab jika ada pihak yang merasa dirugikan oleh pemberitaan kami. Hak jawab berupa artikel klarifikasi, serta perbaikan pada pemberitaan sebelumnya.
Hak koreksi dan hak jawab akan Kompas.com tanggapi secara proporsional. Pertimbangan Kompas.com melayani koreksi dan hak jawab adalah jika ada kekeliruan dan kesalahan wartawan kami yang melanggar kode etik jurnalistik, sesuai yang diatur Undang-Undang Pers.
Jika ada pihak yang belum puas dengan kebijakan redaksi terkait koreksi dan hak jawab, maka dapat dilakukan mediasi melalui Dewan Pers.
Pengaduan dapat ditujukan kepada Dewan Pers melalui surat elektronik ke: pengaduan@dewanpers.or.id atau sekretariat@dewanpers.or.id .
Adapun pedoman mengenai ralat, koreksi, dan hak jawab telah diatur dalam Pedoman Media Siber yang dirilis Dewan Pers. Berikut aturan dalam Pedoman Media Siber:
PT Kompas Cyber Media merupakan perusahaan media online yang seluruhnya dimiliki oleh grup Kompas Gramedia. Grup Kompas Gramedia didirikan oleh Jakob Oetama dan PK Ojong. Informasi mengenai Kompas Gramedia bisa dilihat di https://id.wikipedia.org/wiki/Kompas_Gramedia.
Pengeluaran Kompas.com adalah untuk biaya karyawan di divisi editorial, bisnis, dan support functions, biaya event, biaya maintenance server dan pengembangan teknologi di bawah PT Kompas Cyber Media sebagai perusahaan berbadan hukum (Nomor TDP 09.05.1.73.37957) dengan izin usaha SIUP Nomor 00573/24.1.0/31.71-7.1001/1.824.271/2015.
Sebagai perusahaan media online yang bertujuan untuk menegakkan kebenaran, integritas & transparansi menjadi komitmen kami. Untuk itu, maka seluruh catatan keuangan kami terbuka, untuk diakses oleh publik dalam hal ini pengeluaran tim Fact-checker Kompas.com bisa lihat di sini
Pengeluaran Kompas.com seluruhnya didanai oleh pendapatan dari bisnis advertising, event production, dan content marketing.
Sebagai media online yang mewarisi jurnalisme presisi dan jurnalisme makna yang diusung Jakob Oetama, Kompas.com mengedepankan akurasi dan independensi dalam setiap artikelnya. Kompas.com tak terkait dengan partai politik, non-partisan, menghargai perbedaan dan keragaman, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Kompas.com melarang setiap karyawan terlibat dalam kegiatan politik sebagaimana diatur dalam Pasal 12 Peraturan Perusahaan PT Kompas Cyber Media, yang berbunyi demikian:
Penanggung Jawab: Wisnu Nugroho
Redaktur Pelaksana: Amir Sodikin, Johanes Heru Margianto
Wakil Redaktur Pelaksana: Ana Shofiana Syatiri, Laksono Hari Wiwoho, Caroline Damanik
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary, Sari Hardiyanto, Rizal Setyo Nugroho, Rendika Ferri Kurniawan
Fact Checker: Luthfia Ayu Azanella, Retia Kartika Dewi, Mela Arnani, Ahmad Naufal Dzulfaroh, Nur Rohmi Aida, Dandy Bayu Bramasta, Nur Fitriatus Shalihah, Jawahir Gustav Rizal, Rosy Dewi Arianti Saptoyo